Langsung ke konten utama

TRADISI BANJIR TAHUNAN PEKALONGAN SUDAH DIMULAI

SIAP-SIAP! TRADISI BANJIR TAHUNAN PEKALONGAN SUDAH DIMULAI
Pekalongan — Selasa (16/11/2021) telah terjadi bencana banjir di daerah Degayu Kota Pekalongan. Bencana ini terjadi akibat curah hujan yang tak kunjung berhenti sejak Sabtu kemarin. Hingga saat ini genangan air sudah mencapai tinggi 60 cm. Namun, di beberapa titik lokasi genangan air dapat mencapai tinggi setara dengan pinggang orang dewasa. 
Akibatnya, sebagian warga yang terkena bencana banjir mengungsi ke posko bencana yang terletak di Kelurahan Degayu. Akan tetapi, masih banyak warga yang memutuskan tetap tinggal di rumah. 
“Bantuan disini sudah terpenuhui, tetapi warga yang di rumah masih belum mendapatkan bantuan. Kemungkinan sore ini kami akan mendatangkan bantuan,” Ucap Tamyis petugas posko banjir. 
BPD Provinsi Jawa Tengah telah mendatangi lokasi banjir. Kedatangan mereka bermaksud untuk menjenguk warga yang terdampak banjir dan memberi bantuan sosial seperti kebutuhan sehari-hari hingga membagikan masker kepada warga.
Persediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari warga saat ini masih kurang mencukupi. Hal ini dikarenakan sudah tercampurnya air tawar dengan air asin dari laut di lingkungan tersebut. Tercampurnya air tawar dan air asin dalam lingkungan tersebut menyebabkan kelangkaan air bersih yang dapat dikonsumsi oleh para warga. Selain itu, warga juga masih membutuhkan bantuan obat-obatan dan pakaian layak pakai untuk digunakan.
“Banjir sudah menggenang selama 3 hari dan para pengungsi baru terevakuasi selama 2 hari di posko. Beberapa anak sekolah yang mengungsi tidak memiliki kendala dikarenakan masih hari libur dan menjalani sekolah secara daring,” ujar Bapak Tamyis.
Semenjak 2 hari berada di posko pengungsian, kondisi warga sudah semakin membaik dan beberapa warga yang sakit sudah tertangani. Tercatat ada 4 KK yang mengungsi dan sejumlah 700 jiwa masih mempertahankan untuk tinggal di rumah mereka masing-masing. Hal itu tetap mereka lakukan meskipun rumah yang ditinggali dalam kondisi terendam banjir. 
Bencana banjir ini sudah seperti tradisi tahunan di Kota Pekalongan. Masyarakat berharap agar pemerintah baik di tingkat kota maupun provinsi dapat lebih memperhatikan kembali kondisi daerah rawan banjir. Bentuk-bentuk penanggulangan dan mitigasi bencana banjir di musim penghujan ini perlu ditingkatkan demi keamanan serta keselamatan masyarakat Kota Pekalongan sendiri khususnya di Kelurah  an Degayu. 

Reporter : Hizbul Islam, khotibul Umam
Penulis : Shofwatul Fu’adah
Editor.  : Addi Syirfan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NASKAH ESAI: Membangun Media yang Memanusiakan Manusia

     Penulis: Diki Mardiansyah (Juara 3 Lomba Esai Festival Jurnalistik LPM Suaka UNIKAL 2021)      Media semakin tidak memegang etika jurnalistik dan menuju keadaan yang semakin mengkhawatirkan. Banyak malpraktik di industri media. Profesi wartawan banyak digunakan oleh orang-orang yang tidak jelas, hanya untuk mencari keuntungan pribadi semata. Baik dengan mencari “amplop”, memeras, clickbait, membuat media “abal-abal” yang tujuannya hanya mencari uang, atau menjadikan media memuat berita yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan      Hal itu, saya kira, menjadi pelanggaran kode etik yang sangat serius dan semakin menggejala. Dengan dilanggarnya kode etik jurnalistik itu, implikasinya adalah media tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan karena membuat berita yang tidak berkualitas dan bermutu. Padahal, media menjadi sarana penting untuk menyampaikan pesan tentang kemanusiaan. Sebab, kemanusiaan adalah nilai universal yang dapat men...

REBUT KEDAULATAN RAKYAT: BURUH DAN MAHASISWA BERSATU DI MONUMEN DJOEANG PEKALONGAN

  Pekalongan (01/05/2025) - Puluhan massa dari berbagai elemen buruh dan mahasiswa memadati kawasan Monumen Djoeang Pekalongan pada Kamis (1/5) dalam aksi memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day. Mengangkat tema “Rebut Kedaulatan Rakyat di Bawah Kepemimpinan Kelas Pekerja” , aksi ini menjadi penegas solidaritas antara gerakan buruh dan mahasiswa dalam memperjuangkan keadilan sosial. Forum Kolektif Unikal Bersama Buruh yang terdiri dari Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), GMNI, PMII, SMI, IMM, dan Aksi Kamisan Pekalongan Raya turut hadir dalam barisan. Massa mengenakan pakaian serba hitam, simbol perlawanan terhadap ketidakadilan struktural yang masih menindas kelas pekerja. Dalam orasi-orasi yang disampaikan, massa menyuarakan lima tuntutan utama: pencabutan UU Cipta Kerja, penghapusan sistem kerja kontrak dan outsourcing , jaminan kesejahteraan dan pendidikan gratis, serta penanganan serius atas persoalan sampah yang kian masif. “Kami para buruh dari zam...

WISUDA DI HALAMAN PARKIR, LANGKAH ADAPTIF UNIVERSITAS PEKALONGAN

Pekalongan (26/04/25) - Universitas Pekalongan menggelar acara wisuda Magister ke-3, Profesi ke-12, Sarjana ke-62, dan Diploma ke-26. Di tengah hiruk pikuk perayaan kelulusan sebuah pemandangan tak biasa tersaji di Universitas Pekalongan. Alih-alih ballroom hotel megah, halaman parkir kampus justru bertransformasi menjadi lokasi digelarnya prosesi wisuda. Sebuah pilihan yang mungkin menimbulkan tanya, namun dibalik kesederhanaannya tersembunyi sebuah langkah adaptif dan inovatif. Lantas, mengapa halaman parkir dianggap sebagai opsi yang masuk akal untuk momen kebanggaan ini? Pada wisuda kali ini, sejumlah 360 lulusan dari berbagai fakultas dan program studi diwisuda, meliputi: Fakultas Ekonomi Bisnis (S2 Manajemen: 9, S1 Manajemen: 79, S1 Akuntansi: 50), Fakultas Hukum (S2 Hukum: 1, S1 Ilmu Hukum: 106), Fakultas Perikanan (S1 Budidaya Perairan: 18), Fakultas Pertanian (S1 Agroteknologi: 13), Fakultas Ilmu Kesehatan (S1 Kesehatan Masyarakat: 6, S1 Ilmu Keperawatan: 4, Profesi Ners: 3...