Langsung ke konten utama

Sastra Bergelora: HIMASATRIA Hadirkan Final Lomba Puisi Nasional di Dies Natalis FKIP ke-17

 

Pekalongan, 27 Juli 2025 – Semarak Dies Natalis Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ke-17 mencapai puncaknya hari ini dengan digelarnya Final Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional. Acara, yang merupakan rangkaian dari Gelar Karya, ini berlangsung sukses di Gor Universitas Pekalongan sejak pukul 08.00 hingga sekitar 13.30 WIB.

Dari total 60 peserta yang mendaftar dari berbagai daerah di Indonesia, 10 finalis berhasil lolos ke babak offline. Sayangnya, satu peserta terpaksa gugur karena tidak dapat hadir. Proses seleksi dimulai dengan pendaftaran pada 9 Juni hingga 12 Juli, dilanjutkan dengan babak seleksi daring. Para finalis yang berhasil lolos diumumkan pada 22 Juli, sebelum akhirnya berkompetisi secara langsung dalam babak final offline 27 Juli ini.

Acara ini makin meriah dengan adanya pameran karya mahasiswa PBSI Universitas Pekalongan. Beragam kreativitas dipamerkan, mulai dari media pembelajaran, buku sastra anak, piagam dan piala kejuaraan, hingga film karya mahasiswa dan dosen. Pameran ini menambah warna dan menunjukkan potensi mahasiswa PBSI.

Tiga sosok ternama di bidang seni dan sastra didapuk menjadi dewan juri yang menentukan para pemenang. Mereka adalah Emha Jayabrata, seorang dosen dan praktisi seni; Apito Lahire, aktor monolog kenamaan; serta Miftah Hussalam, mahasiswa berprestasi yang aktif berkecimpung di bidang puisi. Aspek penilaian meliputi penafsiran, penghayatan, pelafalan, dan penampilan, termasuk teknik dan kreativitas.

 

Setelah melalui persaingan ketat yang memukau para juri dan penonton, Lomba Baca Puisi Nasional akhirnya mengumumkan para pemenangnya. Dengan total nilai 1677.33, gelar Juara 1 berhasil diraih oleh peserta yang menunjukkan performa terbaik. Posisi Juara 2 ditempati dengan nilai 1647, diikuti oleh Juara 3 dengan nilai 1613.67. Sementara itu, Juara Harapan 1 berhasil memperoleh total nilai 1580, melengkapi daftar para talenta yang bersinar dalam ajang bergengsi ini.

Diah Ayu Pramudya Wardani, mahasiswa UNSOED yang meraih Juara 1, mengungkapkan kebahagiaannya. "Pastinya senang banget, soalnya lomba ini diadakan pas liburan ya, jadi nggak perlu mengesampingkan perkuliahan, kita bisa liburan sambil ikut lomba baca puisi," ujarnya. Diah juga berharap, "Semoga kedepannya selalu ada lomba ini tiap tahunnya, terus cakupannya juga semoga bisa lebih luas lagi." Ia menutup dengan pesan inspiratif: "Tidak peduli seberapa lambat kita berjalan asalkan kita tidak pernah berhenti."

Senada dengan itu, Sevi Kholili, mahasiswa UNIKAL peraih Juara 2, menyampaikan rasa senangnya. "Senang banget, karena ini pengalamanku secara offline untuk mengikuti gelar karya dari HIMASATRIA baca puisi," kata Sevi. Ia juga berharap agar kegiatan ini terus berlanjut dan berkembang. "Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi dan semoga tahun depan juga menyelenggarakan lomba secara nasional lagi," tambahnya. Sevi juga memotivasi dengan pesannya: "Jangan mudah menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang kamu mau."

Sebagai bentuk apresiasi, seluruh peserta lomba, baik yang lolos ke final maupun tidak, mendapatkan e-sertifikat. Antusiasme peserta dan penonton begitu terasa, menunjukkan bahwa sastra puisi masih memiliki tempat istimewa di kalangan generasi muda.

 

Penulis : Picon

Reporter : Santi Amelia

Editor : Athiyah Hasna

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NASKAH ESAI: Membangun Media yang Memanusiakan Manusia

     Penulis: Diki Mardiansyah (Juara 3 Lomba Esai Festival Jurnalistik LPM Suaka UNIKAL 2021)      Media semakin tidak memegang etika jurnalistik dan menuju keadaan yang semakin mengkhawatirkan. Banyak malpraktik di industri media. Profesi wartawan banyak digunakan oleh orang-orang yang tidak jelas, hanya untuk mencari keuntungan pribadi semata. Baik dengan mencari “amplop”, memeras, clickbait, membuat media “abal-abal” yang tujuannya hanya mencari uang, atau menjadikan media memuat berita yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan      Hal itu, saya kira, menjadi pelanggaran kode etik yang sangat serius dan semakin menggejala. Dengan dilanggarnya kode etik jurnalistik itu, implikasinya adalah media tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan karena membuat berita yang tidak berkualitas dan bermutu. Padahal, media menjadi sarana penting untuk menyampaikan pesan tentang kemanusiaan. Sebab, kemanusiaan adalah nilai universal yang dapat men...

Kupas Tuntas TOEFL, IELTS, dan EnglishScore di ESA Talk Show

  Pekalongan (28/06/25) – Pada Sabtu pagi, Ruang Jlamprang Sekretariat Daerah Pekalongan dipadati oleh para peserta ESA Talk Show . Digagas oleh English Student Association (ESA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pekalongan, talk show bertajuk “The Big Three of English Proficiency Tests: TOEFL, IELTS, and EnglishScore, Which Test is Right For You?” ini diselenggarakan khusus untuk membahas perbedaan serta karakteristik masing-masing tes kemampuan Bahasa Inggris, yakni TOEFL, IELTS, dan EnglishScore . Antusiasme tinggi mewarnai ESA Talk Show . Sebanyak 50 peserta memadati ruangan, tidak hanya dari kalangan mahasiswa Universitas Pekalongan (UNIKAL), tetapi juga siswa sekolah dari berbagai wilayah seperti Batang, Pekalongan, dan Pemalang. Acara ini menghadirkan dua narasumber berkompeten, yaitu Kepala Lembaga Bahasa Dr. Sarlita D. Matra, M.Pd., dan Khusna Irfiana M.Pd., yang siap berbagi wawasan mendalam mengenai tes kemampuan bahasa Inggris. Tidak hanya itu,...

HEBOH TAMBANG NIKEL DI RAJA AMPAT, BENARKAH INI WARISAN TURUN TEMURUN SEJAK ERA SOEHARTO?

Raja Ampat, surga bahari kita, mendadak jadi sorotan karena kabar penambangan nikel. Pertanyaan besar pun muncul: benarkah ancaman ini adalah "warisan" lama dari era Orde Baru? Kisah ini memang rumit, melibatkan berbagai pihak, mulai dari aktivis lingkungan yang gigih, kebijakan pemerintah, sampai sejarah panjang konsesi tambang di negeri ini.