Langsung ke konten utama

DEMI MEWUJUDKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DI BIDANG PERPAJAKAN, TAX CENTER UNIVERSITAS PEKALONGAN SELENGGARAKAN: PENGUKUHAN RELAWAN PAJAK UNTUK NEGERI TAHUN 2025

 

Pekalongan (22/01/2025) – Tax Center Universitas Pekalongan kembali menyelenggarakan pengukuhan relawan pajak dengan tema “Sinergi Relawan Pajak: Untuk Indonesia yang Lebih Baik” yang mencerminkan semangat kolaborasi dan kontribusi positif yang ingin diwujudkan melalui program ini. “Sinergi” menggambarkan upaya bersama untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang lebih besar. “Untuk Indonesia yang Lebih Baik” mengandung harapan dan tujuan kontribusi nyata para relawan pajak terhadap kemajuan bangsa.

Relawan Pajak untuk Negeri (Renjani) adalah program nasional yang digagas oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk mahasiswa dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia dalam rangka mendukung kegiatan perpajakan. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun keterampilan mahasiswa dalam bidang perpajakan, sekaligus memberikan pengalaman langsung dalam pelayanan dan edukasi perpajakan kepada masyarakat.

Adapun relawan berjumlah 78 mahasiswa yang terdiri dari 28 mahasiswa Renjani Universitas Pekalongan, 20 mahasiswa Renjani UIN KH. Abdurrahman Wahid, 14 mahasiswa Renjani Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, dan 13 mahasiswa ITS NU Pekalongan. Dengan alokasi penempatan di KPP Pratama Pekalongan sebanyak 20 mahasiswa, KPP Pratama Batang sebanyak 15 mahasiswa, KPP Pratama Blora 8 mahasiswa, dan sisanya ditugaskan di Tax Center Perguruan Tinggi masing-masing.

Kegiatan Relawan Pajak antara lain, Asistensi Pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP), Edukasi Perpajakan, dan Pendampingan Pajak bagi UMKM.

Pesan kami tentunya melaksanakan kegiatan ini dengan penuh tanggung jawab, dengan penuh kegembiraan, karena ini adalah bagian dari proses untuk menggali pengalaman yang menjadi bekal untuk masa depan mereka pesan dari Bapak M. Fajru Sidqi, S.Pd., M.Hum, Wakil Rektor III untuk seluruh mahasiswa Renjani.

Beberapa mahasiswa Renjani menyampaikan dampak positif dan tantangan yang mereka hadapi dari keikutsertaan mereka dalam kegiatan Relawan Pajak.

“Untuk dampak positifnya sih kalau menurut saya, kita jadi tahu mengenai kondisi lapangan terkait apa hambatan-hambatan yang ada. Jadi kita lebih tahu terkait dengan problem solve atau pemecahan masalah yang akan kita lakukan kedepannya bagaimana,” tutur Ferdy Firmansyah AF mahasiswa Prodi Manajemen.

“Karena ini pemerintahan yang baru, pasti ada kebijakan baru seperti Cortex. Jadi ini masih banyak mengalami kendala sih di web Cortex ini,” Fi'la Azka Rahmatia mahasiswa Prodi Akuntansi.

Ketua Umum Tax Community, Nayya Aulia Putri Ardandi mengaku sempat terkendala terkait persiapan acara yang hanya dalam kurun waktu satu minggu, ditambah kurangnya anggota karena masih dalam suasana ujian akhir semester. Namun, acara ini tetap berjalan dengan baik mulai dari pembukaan, pengukuhan, sesi materi, hingga penutup.

Pembina Tax Center, Ibu Kamalina Din Jannah S.E., M.M. menyampaikan harapan supaya kedepannya Tax Center Universitas Pekalongan masih diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan kegiatan (Renjani) Relawan Pajak untuk Negeri dan juga peminatnya semakin banyak. Kemudian alokasi penempatannya juga tidak hanya di wilayah Pekalongan tapi bisa lebih luas lagi.

Reporter          : Rahma Coni Wulandari

Penulis             : Rahma Coni Wulandari

Editor              : Muhammad Ade Prasetia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NASKAH ESAI: Membangun Media yang Memanusiakan Manusia

     Penulis: Diki Mardiansyah (Juara 3 Lomba Esai Festival Jurnalistik LPM Suaka UNIKAL 2021)      Media semakin tidak memegang etika jurnalistik dan menuju keadaan yang semakin mengkhawatirkan. Banyak malpraktik di industri media. Profesi wartawan banyak digunakan oleh orang-orang yang tidak jelas, hanya untuk mencari keuntungan pribadi semata. Baik dengan mencari “amplop”, memeras, clickbait, membuat media “abal-abal” yang tujuannya hanya mencari uang, atau menjadikan media memuat berita yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan      Hal itu, saya kira, menjadi pelanggaran kode etik yang sangat serius dan semakin menggejala. Dengan dilanggarnya kode etik jurnalistik itu, implikasinya adalah media tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan karena membuat berita yang tidak berkualitas dan bermutu. Padahal, media menjadi sarana penting untuk menyampaikan pesan tentang kemanusiaan. Sebab, kemanusiaan adalah nilai universal yang dapat men...

WISUDA DI HALAMAN PARKIR, LANGKAH ADAPTIF UNIVERSITAS PEKALONGAN

Pekalongan (26/04/25) - Universitas Pekalongan menggelar acara wisuda Magister ke-3, Profesi ke-12, Sarjana ke-62, dan Diploma ke-26. Di tengah hiruk pikuk perayaan kelulusan sebuah pemandangan tak biasa tersaji di Universitas Pekalongan. Alih-alih ballroom hotel megah, halaman parkir kampus justru bertransformasi menjadi lokasi digelarnya prosesi wisuda. Sebuah pilihan yang mungkin menimbulkan tanya, namun dibalik kesederhanaannya tersembunyi sebuah langkah adaptif dan inovatif. Lantas, mengapa halaman parkir dianggap sebagai opsi yang masuk akal untuk momen kebanggaan ini? Pada wisuda kali ini, sejumlah 360 lulusan dari berbagai fakultas dan program studi diwisuda, meliputi: Fakultas Ekonomi Bisnis (S2 Manajemen: 9, S1 Manajemen: 79, S1 Akuntansi: 50), Fakultas Hukum (S2 Hukum: 1, S1 Ilmu Hukum: 106), Fakultas Perikanan (S1 Budidaya Perairan: 18), Fakultas Pertanian (S1 Agroteknologi: 13), Fakultas Ilmu Kesehatan (S1 Kesehatan Masyarakat: 6, S1 Ilmu Keperawatan: 4, Profesi Ners: 3...

HEBOH TAMBANG NIKEL DI RAJA AMPAT, BENARKAH INI WARISAN TURUN TEMURUN SEJAK ERA SOEHARTO?

  Raja Ampat, surga bahari kita, mendadak jadi sorotan karena kabar penambangan nikel. Pertanyaan besar pun muncul: benarkah ancaman ini adalah "warisan" lama dari era Orde Baru? Kisah ini memang rumit, melibatkan berbagai pihak, mulai dari aktivis lingkungan yang gigih, kebijakan pemerintah, sampai sejarah panjang konsesi tambang di negeri ini. Greenpeace , misalnya, jadi salah satu suara paling keras yang menyoroti dampak serius tambang nikel dan proses hilirisasinya di Raja Ampat, Papua. Menurut Kiki Taufik, Kepala Global Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, aktivitas tambang di Pulau Gag, Pulau Kawe, dan Pulau Manuran itu sudah membabat lebih dari 500 hektare hutan. Dampaknya? Bisa merusak 75% terumbu karang dunia, berbagai jenis ikan, bahkan satwa khas Papua macam cendrawasih botak. Pastinya, ini juga mengancam sektor ekowisata yang jadi tumpuan utama pendapatan Raja Ampat. Tak heran, para aktivis Greenpeace sampai turun ke jalan di Indonesia Critical Minerals Conferenc...