Langsung ke konten utama

Pemenang Kompetisi Menulis Cerpen Dan Puisi Di Buletin Jalatera Edisi III



          LPM Suara Kampus Universitas Pekalongan mengadakan kompetisi menulis cerpen dan puisi yang nantinya bagi pemenang tulisannya akan dimuat kedalam buletin Jalatera edisi III. Kompetisi ini sengaja di adakan agar menumbuhkan semangat menulis dalam diri mahasiswa serta mengajak mereka untuk berimajinasi melalui tulisan. Karena, saat ini banyak mahasiswa yang kurang dalam kemampuan menulis. Mahasiswa yang seperti itu cenderung suka mengulur waktu ketika disuruh menulis serta langsung menyerah padahal belum memulai menulis. Hal ini perlu di perhatikan kembali, perlunya pengetahuan tentang literasi harus lebih di tanamkan sejak dini.


            Tema yang diangkat dalam kompetisi ini yaitu Generasi Z, karena melihat anak-anak zaman sekarang yang kehidupannya tidak lepas dengan dunia digital. Sehingga, aktivitas dunia nyatanya terlupakan. Kompetisi ini berlangsung dari 27 Juli hingga 12 Agustus 2018. Banyak mahasiswa dari berbagai program studi yang berpartisipasi mengirimkan karyanya. Pemenang kompetisi diumumkan pada 23 Agustus 2018, didapatlah pemenang kategori cerpen yaitu Ulyana Safitri prodi Pend. Bahasa Inggris dengan judul karyanya Suka Sampai Lupa dan pemenang kategori puisi yaitu Khusnul Maghfiroh prodi Kesehatan Masyarakat dengan judul Kami Tersesat.

            Bagi peserta yang belum menjadi pemenang tidak perlu berputus asa dan berhenti menulis, karena sudah mau menulis pun itu hebat. Berbeda dengan mereka yang hanya mengabaikan info-info lomba menulis dan memilih bermain nongkrong bersama kawan-kawan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Opini Publik] Berikan Aspirasi Tanpa Anarki

Demonstrasi adalah hak konstitusional warga negara. Hak itu dijamin oleh undang undang dan dijunjung tinggi dalam demokrasi. Demonstrasi hadir karena ada kegelisahan publik yang tidak terjawab oleh kebijakan. Ia adalah ruang menyuarakan, ruang mendebat, ruang mendesak agar wakil rakyat benar benar mendengar. Namun apa yang terjadi di Kota Pekalongan pada Sabtu (30/08/2025) justru menjadi ironi. Gedung DPRD yang mestinya menjadi rumah aspirasi dibakar dan dijarah oleh massa yang kehilangan kendali. Kronologi mencatat bahwa pada pukul (12:10) sekelompok massa yang kebanyakan remaja bahkan pelajar langsung menyerbu area kantor Setda dan gedung DPRD. Tidak ada orasi yang menggema, tidak ada dialog yang muncul. Yang ada hanyalah perusakan dan pembakaran. Kursi-kursi di ruang rapat ditumpuk lalu disulut api. Dari luar gedung terlihat asap mengepul dan api kian membesar. Aparat pemadam kebakaran kesulitan masuk karena situasi yang tidak terkendali. Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto ...

NASKAH ESAI: Membangun Media yang Memanusiakan Manusia

     Penulis: Diki Mardiansyah (Juara 3 Lomba Esai Festival Jurnalistik LPM Suaka UNIKAL 2021)      Media semakin tidak memegang etika jurnalistik dan menuju keadaan yang semakin mengkhawatirkan. Banyak malpraktik di industri media. Profesi wartawan banyak digunakan oleh orang-orang yang tidak jelas, hanya untuk mencari keuntungan pribadi semata. Baik dengan mencari “amplop”, memeras, clickbait, membuat media “abal-abal” yang tujuannya hanya mencari uang, atau menjadikan media memuat berita yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan      Hal itu, saya kira, menjadi pelanggaran kode etik yang sangat serius dan semakin menggejala. Dengan dilanggarnya kode etik jurnalistik itu, implikasinya adalah media tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan karena membuat berita yang tidak berkualitas dan bermutu. Padahal, media menjadi sarana penting untuk menyampaikan pesan tentang kemanusiaan. Sebab, kemanusiaan adalah nilai universal yang dapat men...

[Opini Kampus] Pemira FEB UNIKAL 2025, Pesta Demokrasi atau Formalitas Belaka?

Katanya ini Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira). Katanya ini ajang demokrasi mahasiswa. Tapi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pekalongan, Pemira perdana tahun 2025 justru lebih mirip formalitas seremonial ketimbang pesta demokrasi. Yang kita lihat hanyalah calon tunggal, lawannya kotak kosong, aturan yang gaib, hingga tidak sedikit mahasiswa yang tidak tahu kalau ada Pemira. Pemira Perdana, Tapi Rasa Aklamasi Mari kita mulai dari fakta yaitu "Pemira FEB 2025" adalah yang pertama kali diadakan. Harusnya, ini jadi momentum sejarah titik awal demokrasi mahasiswa FEB. Sayangnya, awal yang diharapkan penuh gegap gempita justru berjalan dengan hambar. Dari Berita Acara Panitia Khusus (Pansus), semua kursi strategis hanya punya calon tunggal: Lawan tunggal mereka hanyalah kotak kosong. Jadi, mahasiswa dihadapkan pada pilihan absurd; “mau pilih orang ini, atau tidak usah pilih siapa-siapa?” Kalau ini namanya demokrasi, berarti aklamasi juga bisa kita sebut demokrasi. ...